Search

Selasa, 22 Desember 2009

Diposting oleh santri kuliah

Pada kongres pertama JIB di yogyakarta bertepatan dengan hari natal 1926 Agus Salim berkata antara lain sebagai berikut
“apakah tidak ada hubungan antara dia dan pendirian Jong Islamieten Bond?”
Tidak ada pendirian JIB merupakan terlaksananya idaman hati yang memnyebabkan bahwa ia dan sewaktu dan sesudah pembentukan perserikatan tersebut memberikan bantuan dan dukungan seperti diharappkan dari dirinya. Hal ini dijalankan semata-semata Karena kewajiban orang islam yang sanggup ia berikan untuk seterusnya.”
“ketauhilah,”kata Agus Salim ,” masa muda saya sama dengan masa muda anda. Meskipun dilahirkan dari keluarga beragama dan dibesarkan dengan mendapatkan pendidkan agam dalam waktu singkat saya kehilangan kepercayaan hidup kepandaian sekolah menggantikan kepandaian hidup . penghidupan pelajar tanpa tanggung jawab sungguh-sungguh memudahkan pergantian itu . dan keadaan itu akan berlangsung dalam waktu singkat sesudah kita meninggalkan bangku sekolah.
“Anda sudah mempersatukan diri untuk mempelajari agama islam menurut keyakinan saya islam yamg tahan terhadap penyelidikan kritis perlu diselidiki secara sungguh-sungguh..”
“ilam memberikan terang terhadap pengertia dunia, tentang penghidupan manusia pada umumnya, dan manusia sendiri ia memberikan sarana-sarananya yang mungkin bisa dicapai.”
Ada hal lain yang membuat saya bersyukur denga lahirnya Jong Islamitien Bond pendirin itu terlepas dari hasil-hasil yang menjadi harapan dapat menjadi bukti kemajuan kebebasan pendukungnnya.”
“akhirnya berdirilah suatu organisasi yang mencakup para pelajar dan golongan muda yang berorientasi pada jiwa dan kepribadian sendiri seperti yang dimiliki rakyat. Sebab kekuasaan barat dan pendidikan barat telah mempengaruhi kita , terutama kaum “intelektual” dalam usaha perlawanan dan usaha melepaaskan diri dari domminasi barat kita juga bergerak menurut garis orang barat dan dibawah pengaruh langsung –atau tidak langsung –orang barat sampai kini orang barat hampir memegang posisi pimpinan sedangkan bangsa sendriri berlaku sebagai “demonstrasi” dibawah rezim barat.
“Gamelan, wayang, tarian asli, pakaian adapt dan lainnya baru popular setelah “penghargaan” dan “kekaguman” serta propaganda orang-orang barat yang lebih terasa pengaruhnya adalah dibidang busana, ada suatu masa dimana orang-orang pribumi dilarang memakai pakaian barat , suatu masa dimana”pakaian jongos” seperti baju, pantolan, dan ikat kepaladipakai dikalangan priyayi dan kalangan terhormat. Pakaian –pakaian ini dipandang sebagai pakaian yang dianggap memiliki peradaban tinggi.
Waktu larangan pakaian Eropa tidak ketat lagi dengan cepat ikat kepala digantikan oleh topi vilt atau merang (stroo-en viltenoed) hingga tiba dimana orang-orang barat memuji “pakaian nasional” segera kita melihat kesibukan kearah sebaliknya sampai jas tutup yang tadinya
Dipuji karena praktis dikal;ahkan oleh baju sikep jawa asli . benar bahwa kain panjang serat iket dan sikep adalah pakaian nasional jawa, melainkan benar juiga bahwa sikap orang barat mengembalikan pakaian itu.
Kembali ketitik tolak saya bahwa dalam pergerakan kaum intelektual kita melihat bahwa sesungguhnya gerakan hidup jika mendapat simpati dan perhatian orang-orang barat , bahkan propaganda dan kerjasama orang-orang barat.
Hal ini menunjukkan tidak adanya kehormatan dalam diri kita sendiri dan kekalahan total sampai kejiwa kita sendiri, kurang hormat kepada diri sendiri memanga gejala umum dikalangan rakyat kita akibat tekanan dan penjajahan yang berlangsung selama berabad-abad bahkan lebih lama dengan penjajahan belanda, orang asing adalah “tuan” atau “mener” sementara bangsa kita sendiri tidak pernah kita sebut sebagai “tuan” atau “mener” ayah kita tidak pernah dipanggil “tuan” atau “mener” bertolak dari inilah Jong Islmiten Bond berdiri disini dengan sadar kita ingin menunjukkan pandangan sesuatu yang kita miliki, untuk dapat meningkatkan rakyat sendiri dihormati sendiri dan meningkatkan nilai tawar berhadapan dengan orang-orang asing – dimana pengaruh (orang) barat tidak mungkin terjadi , agama islam tidak dipandang sebagai pusaka yang menghalang-halangi kemajuan, tidak sebagai tempat pelarian karena takut ancaman hari kiamat, islam dijunjung sebagai panji yang kita banggakan karena sudah 13 abad ajaran-ajarannya tahan terhadap uian penilikan yang jujur dan menang dibandingkan agama apapun, tetapi juga tahan terhadap perlakuan ilmu pengetahuan barat.

0 komentar: