Jumat, 11 Desember 2009
Az zarqani dan As-suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapatbahwa mengetahui asbab an nuzul adalah hal yang sia-sia dalam rangka memahami Al-Qur’an . mereka beranggapan bahwa memahami al qur’an dengan meletakan pada konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu ttertentu, namun keberatan seperti itu tidaklah berdasar karena tidak mungkin menguniversalakan al qur’an diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap Al Qur’an dalam konteks kesejarahan.
Sementara itu , mayoritas ulama sepakat behwa konnteks kesejarahan yang terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab an nuzulmerupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al qur’an, dalam satu statemnnya ibn taimiyah mengatakan:
“asbab an nuzul sangat menolong dalam mengintepretasi al qur’an.”
Ungkapan senada dikemukakan oleh ibn daqiq al ied dalam pernyataannya:
“Penjelasan terhadap asbab an nuzul merupakan metode yang kondusif untuk menginterpretasikan makna-makna Al Qur’an.”
Bahkan al wahidi menyatakan ketidak mungkinan untuk mengiterpretasikan tanpa mempertimbangkan aspek kisah dan asbab an nuzul
Urgensi pengetahuan akan asabab an nuzul dalam memahami al qur’an yang diperlihatkan oleh ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari ulama khalaf.menarik untuk dikaji adalaah pendapat dari fazlur rahaman yang menggambarkan Al Qur’an sebagai puncak dari sebuah gunung es, Sembilan per sepuluh bagian terendam di bawah perairan sejarah, rahman menhjelaskan bahwa sebagian ayat al qur’an sebenarnya mensyaratkan perlunnya pemahaman-pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus yang memperoleh solusi tanggapan dan komentar dari al qur’an uaraian ar rahman tersebut secara eksplisist mengisyaratkan asbab an nuzul dalam memahami al qur’an.
Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam memahami al qur’an, sebagai berikut:
membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian daam menangkap pesan ayat-ayat al qur’an diantaranya dalam surat al baqarah ayat 115 dinyatakan bahwa timur dan barat mereupakan kepunyaan allahdalam kasus shalat dengan melihat zahir ayat diatas seseorang boleh mengjadap kemana saja sesuai kehendaknya ia seakan-akan tidka berkewajiban menghadap kiblat ketika shalat akan tetapi ketika setelah melihat asab an nuzulnya tahapan bahwa inteepretasi ayat itu keliru sebab ayat diatas berkaitan dengan seseorang yang sedang bereda dalam perjalanan dan melakukan shlata diatas kendaraan , ataau berkaitan dengan seseorang yang sedang berjihad dalam menentukan arah kiblat.”
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduuga mengandung pengertian umum. Umpamanya dalam surat al ‘anam [6] ayat 145 dikatakan :
"Katakanlah tidak kudapati didalam apa yyang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang ingin memakainya, kecuali kalau makanan itu berupa bangkai darah yang mengalir daging babi karena semua itu kotor atau binatang yang disembelih bukan atas nama Allah (Q.S. Al An’am :145)
Menurut as syaf’I pesan ini tidak bersifat umum(hasr) untuk mengatasi kemungkinan keraguan dalam ,memahami ayat diatas as syafi’I menggunekan alat bantu asbab an nuzul . menurutnya ayat ini diturunkan sehubungnan orang-0rang kafir yang tidak mau makan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri karena mengharamkan apaa yang dihalalkan oleha allah ataupun sebaliknya merupakan kebiasaan orang-orang kafir terutama orang-orang yahudi turnlah ayat diatas.
menghususkan hokum yang terkandung dalam al qur’an bagi ulama yang berpegang teguh pada pendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus as sabab ) dan bukanlah lafadz yang bersifat umum (umum al lafazh) dengan demikian ayat zihar pada permulaan ayat al mujadalah [85] yang berkenaan dengan aus ibn samit yang menzahir istrinya (khaulah binti hakim ibn ats tsa’labah ) hanya berlaku bagi kedua orang tersebut, hokum zihar yang berlaku bagi selain keduanya adalah qiyas.
Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al qur’an turun misalnya aisyah pernah menjernihkan kekeliruan marwan yang menunjuk Abd Ar Rahman Ibn Abu Bakar yang menyebabkan turunya ayat : “dan orang yang berkat kepada orang tuanya “cis kamu berdua……….”(Q.S. al ahqaf :17) untuk meluruska persoalan aisyah berkata kepada marwan : demi allah bukan dia yang menyebabkan ayat ini turun, dan aku sanggup menyebut orang yang sebenarnya.”
Memudahkan untuk memahami dan menghapal ayat al qur’an , serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkanya sebab hubungan sebab akibat (musabbab) ,hokum, peristiwa, pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.
Taufiq adnan amal syamsul rizal panggabean menyatakan bahwa pemahaman terhadap konteks kesejarahan pra qur’an dan pada masa al qur’an menjajikan beberapa manfaat praktis. Pertama :Pemahaman itu memudahkan bagi kita mengidentifikasikan gejala-gejala moral dan social pada masyarakat arab pada masa itu , sikap al qur’an terhadapnya dan cara al qur’an memodifikasi atau mentransformasi gejala itu hingga sejalan dengan pandanga dunia al qur’an; kedua kesemuanya itu dapat dijadikan pedoman bagi umat islam dalam mengidentifikasi dan menangani problem-problem yang mereka hadapi; ketiga , pemahaman tentang konteks kesejarahan pra qur’an dan pada masa al qur’an dapat menghindarkan kitta dari praktik-praktik pemaksaan prakonsep dalam islam.
0 komentar:
Posting Komentar